KitaIndonesia.com – Bangli, Kemiskinan di Bangli sudah berlangsung puluhan tahun silam. Kekayaan daerah berupa keindahan alam dan hasil pertanian yang berlimpah rupanya masih belum bisa dikelola untuk mensejahterakan masyarakatnya.
Kemiskinan Ekstrem Masih Ditemukan di Tahun 2023
Baru setahun lalu di awal Januari 2023, masyarakat dihebohkan dengan terkuaknya potret kemiskinan di Banjar Kendal Songan A Kintamani. Sebuah Keluarga miskin didapati tinggal di sebuah gubuk berukuran sekitar 2 x 1,5 meter.
Mereka adalah Jro Su (62) dan I Kade ( 60). Yang lebih memprihatinkan, kedua lansia ini dalam kondisi tidak bisa melihat (tuna netra) dari usia remaja.
Gubuk mini yang dihuni I Kade bersama kakak perempuan ini berdinding kayu seadanya dan seng bekas, beratap terpal lusuh beralaskan tanah. Tidak bisa dibayangkan jika gubuk ini diterjang hujan deras.
Dewan Soroti Angka Kemiskinan Meningkat & Temuan BPK
Kemudian di pertengahan tahun 2023, DPRD Bangli dalam pandangan umumnya menyoroti meningkatnya angka kemiskinan sejak tiga tahun terakhir.
Tidak hanya sampai disana, Fraksi PDI Perjuangan pada kesempatan tersebut juga meminta kepada Bupati untuk menindaklanjuti hasil temuan dari BPK RI.
Menurunkan angka kemiskinan memang bukanlah tindakan yang mudah. Pemerintah Daerah juga seharusnya melibatkan peran swasta dan organisasi kemasyarakatan untuk melakukan langkah nyata guna memerangi kemiskinan.
I Gede Mangun, From Zero To Hero
Seperti halnya yang telah dilakukan selama belasan tahun oleh I Gede Mangun, S.H. melalui Yayasan Cempaka Putih.
Gede Mangun sempat menceritakan perjalanan hidupnya ketika menjadi salah satu Narasumber dalam sebuah acara bergengsi yang diselenggarakan oleh Tedx Ubud (2011) dengan tema “Melawan Kemiskinan & Wabah Penyakit”. I Gede Mangun saat menjadi salah satu narasumber pada Tedx Ubud 2011 dengan tema Fighting Against Poverty & Disease
Tedx adalah sebuah ajang bergengsi di yang telah diselenggarakan di berbagai penjuru dunia, diisi oleh pembicara-pembicara yang mampu memootivasi orang banyak dengan gagasan cemerlang, pengalaman menginspirasi, dan memperkenalkan jaringan baru.
Gede Mangun dengan menggunakan bahasa Inggris berkisah tentang dirinya yang berangkat dari keluarga tak mampu, sampai ia keluar dari kampung halamannya dan setelah memiliki kemampuan cukup memutuskan kembali agar dirinya bisa bermanfaat bagi masyarakat lingkungannya.
“Saya membantu mengantarkan masyarakat ke rumah sakit. Tidak peduli siang atau malam, saking seringnya sampai mobil saya sempat rusak,”paparnya diatas panggung Tedx Ubud.
Dihadapan peserta yang sebagian berkebangsaan asing, Gede Mangun kemudian menceritakan bagaimana dirinya yang baru bisa berbahasa Inggris pas-pasan mendirikan Yayasan Cempaka Putih.
Bersama anak perempuannya yang bernama Cempaka, ia mengumpulkan anak-anak disekitar pegunungan untuk diajarkan Bahasa Inggris secara gratis.
Hasilnya pun sangat menggembirakan, anak-anak seusia pelajar sekolah dasar tersebut bisa lancar membaca, menulis dan berbicara bahasa Inggris.
“Ini kita harapkan dapat menjadi modal utama mereka dalam memperoleh pekerjaan yang layak nantinya disaat usia mereka sudah cukup untuk bekerja”, ungkap Gede Mangun.
Menurut Gede Mangun yang kini sukses di industri pariwisata, kemampuan berbahasa Inggris adalah bekal utama untuk bisa berinteraksi dengan wisatawan asing. Dari interaksi tersebut akan terbuka peluang dalam mengembangkan pariwisata di lingkungannya.
“Jadi sebenarnya kita bisa melawan kemiskinan dengan memberantas kebodohan. Bantuan sosial berupa sembako dan uang tunai ada bagusnya, namun bersifat jangka pendek. Jika masyarakat tidak memiliki penghasilan yang layak, tentu hidup mereka akan terus bergantung pada bantuan,” tuntas I Gede Mangun, S.H.