Kita Indonesia – Bangli,.Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung akhirnya sementara tetap dibuka, tapi hanya sampai Februari 2026. Lalu terdapat pembatasan penampungan sampah yang berasal dari Badung serta Denpasar, volume yang diperbolehkan pun kini dipangkas hingga 50 persen.
Tetapi Pejabat Kota Denpasar Denpasar sudah memiliki “jalan ninja” untuk mengatasi ratusan ton sampah perhari yang diproduksi oleh masyarakatnya. Mereka tentunya tak ingin warganya resah dan mengeluh di media sosial akibat wajah Kota yang bakal tampak kotor serta tercemar bau oleh tumpukan sampah.
Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara sudah menyiapkan langkah jitu untuk mengatasinya. Jika TPA Suwung tak lagi dapat menerima buangan sampah, maka Kabupaten Bangli menjadi alternatifnya.
Walikota menyatakan jika Bangli telah bersedia menjalin kerjasama menerima pembuangan sampah dari Kota Denpasar. Ada sebanyak 180 truk sampah dengan masa kerja sama selama dua tahun yang akan dioperasikan per harinya.
Dengan demikian dapat dihitung secara kasar, jika satu truk sampah memiliki volume 5 meter kubik, maka perhari Bangli akan dibanjiri dengan 900 meter kubik limbah yang belum dipilah. Bila diasumsikann luas lahan yang digunakan adalah 1 hektar / 10.000 meter persegi, dalam 2 tahun akan bertumpuk sampah dengan ketinggian sekitar 70 meter. Itu sudah dua kali tinggi Hotel Bali Beach di Sanur.
Tanggapan Masyarakat Bangli
Berita Denpasar titip sampah ke Bangli sontak meramaikan dunia maya. Dalam postingan di sebuah akun tiktok beberapa netizen asal Bangli menyampaikan :
I Made Daniantara : Bupati harus bangli harus tegas .menolak sampah mau dibawa kebangli….titik
Putu Rustika : Tabanan aja tegas menolak sampah dari badung, masak bangli mau nerima sampah dari dps ?
Dewa Willys Putera : Ken” ne..sampah dje abe ke bangli..sedangkan qt kerja di denpasar disuruh bikin kipem….aluh gen..tai”ne ke bangli abane..woeeee…rakyat bangli jngn mau menerina sampah” dri tempt lain..seenak na saja ya…untk bupati bangli dan jajaran na harus tegas menolak sampah”ini jangn karna uang kalian mau merusak tempt qt…

Jro Gde Mangun : Jaga Kesucian dan Kebersihan Tanah Bangli
Sementara aktivis sosial Bangli asal Songan, Jro Gde Mangun dalam wawancara via Whatsapp menyampaikan bahwa dirinya dan masyarakat Bangli yang peduli lingkungan sudah pasti menolak wacana ini, apa pun alasannya.
“Bangli merupakan hulu dari Pulau Bali yang sangat disucikan. Secara geologis Bangli juga menjadi daerah sumber air yang mengalir sampai Badung dan Denpasar,”ungkap Jro Gde Mangun.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan jika sudah semestinya warga Denpasar dan Badung ikut menjaga kesucian serta kebersihan daratan di Bangli. Karena dengan dataran tingginya, Bangli menjadi daerah resapan air. Dengan membuang sampah di Bangli maka pencemaran tak dapat dihindari, mulai dari hulu sampai ke hilir.
“Kalau diibaratkan tubuh manusia, Bangli adalah bagian kepala. Gila kalau kita sendiri buang kotoran sampah ke kepala,gila itu… Bisa pongor dan kena tulah mereka yang punya ide itu, Jelasnya sambil menyesalkan ide tersebut.”
Jero gede mangun justru menyarankan Wali kota Denpasar untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan beberapa tempat pengolahan sampah yang sdh ada di kota denpasar seperti TPST kertalangu,TPST Tahura,TPST Padangsambian dll.

Pengusaha yang sukses di bidang industri pariwisata ini juga mengingatkan bahwa Bangli dapat bangkit mengejar ketertinggalan dari kabupaten lainnya melalui pengembangan pariwisata. Sementara industri pariwisata sangat berkorelasi dengan merawat lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Pemkab Bangli sendiri masih bekerja keras untuk menangani sampah berbasis sumber melalui Tempat Pengolahan Sampah dengan Reduce, Reuse, dan Recycle (TPS3R). Kini, tercatat baru 14 desa memiliki TPS3R dari 72 desa/kelurahan di Bangli atau baru tercapai 22 persen dari target.
“Lebih baik kita fokus untuk dapat mengatasi dan mengelola sampah di Bangli dengan baik serta profesional. Jika kita sudah memiliki kemampuan itu barulah berpikir untuk membantu persoalan sampah kabupaten lain. Jangan hanya karena tergiur uang sewa lahan, kita mengorbankan potensi pendapatan dari sektor pariwisata yang hasilnya justru lebih berlipat-lipat”, tutup Jro Gde Mangun menyampaikan pesan.
