Ilustrasi - Porang. (foto: gung)

Porang, Emas yang Jatuh dari Langit

Kitaindonesia.com – Tanaman porang mungkin sudah dikenal sejak lama. Namun bagi sebagian besar masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), tanaman ini baru populer dalam sepuluh tahun terakhir.

Bahkan bagi petani di Flores, seperti di wilayah Rego, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, porang seperti bongkahan emas berwujud umbi yang jatuh dari langit.

Maklum, tanaman yang sudah sejak lama ditemukan di kawasan hutan dan tak banyak dilirik ini, ternyata memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Bahkan dalam sepuluh tahun belakangan, banyak petani seperti di Rego Raya, yang terbantu dengan keberadaan komoditas ini.

Meski sempat turun, harga umbi porang cukup menggembirakan para petani Rego Raya. Pada tahun 2021 hingga 2023 misalnya, harga umbi porang hanya berkisar Rp1.000 hingga Rp3.000 per kilogram.

Kemudian pada tahun 2024, harga porang berkisar Rp2.000 hingga Rp12.000 per kilogram. Sementara di awal tahun 2025 ini, harga porang berkisar Rp6.000 hingga Rp8.000 per kilogram.

“Kalau tahun (2024) lalu di Rego Raya, harga umbi porang dibuka dengan Rp2.000 per kilogram di awal tahun. Sementara pertengahan hingga akhir tahun harganya berkisar Rp9.000 hingga Rp12.000 per kilogram,” kata Vinsen Lim, salah seorang petani porang Rego, di Rego, Rabu 9 April 2025.

“Tahun (2025) ini kami prediksi harga porang bisa lebih tinggi lagi, karena saat ini sudah dibuka dengan Rp6.000 per kilogram,” imbuhnya.

Bagi Vinsen Lim bersama petani porang lainnya di Rego, tanaman porang benar-benar sangat membantu. Apalagi tanaman ini tak membutuhkan perawatan khusus, namun memiliki nilai ekonomis tinggi.

“Kami di sini tidak ada tambang emas. Tapi bagi kami, porang ini seperti emas yang jatuh dari langit di kebun petani Rego Raya. Karena tanaman ini tumbuh begitu saja, tidak perlu perawatan yang rumit, tetapi nilai ekonomisnya tinggi,” tutur Vinsen Lim.

Disarikan dari beberapa sumber, porang (Amorphopallusmuelleri) merupakan tanaman anggota family Aracacea. Secara umum, porang dikenal dengan nama bunga bangkai karena baunya yang tidak sedap.

Di beberapa daerah, porang dikenal dengan nama yang berbeda-beda. Ada yang menyebutnya iles-iles, iles kuning acung atau acoan.

Khusus di wilayah Manggarai, Flores, ada yang menyebutnya wanga dan ada pula yang menyebutnya ndege.

Sepintas, tanaman porang mirip dengan suweg (Amorphophallus Campanulatus), iles-iles putih (Amorphophallus Spp), dan walur (Amorphophallus variabilis).

Porang sesungguhnya sudah dikenal sejak lama. Bahkan, pada masa penjajahan Jepang, masyarakat di sekitar hutan dipaksa untuk mendapatkan porang, sebagai bahan pangan dan industri mereka.

Porang dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian sekitar 1,5 meter. Tanaman ini merupakan penghasil umbi yang banyak hidup di hutan tropis. Secara fisik, tanaman porang tumbuh dengan tangkai tunggal.

Porang memiliki ciri daun lebar, ujung daun runcing dan berwarna hijau muda. Kulit batangnya halus, berwarna belang-belang hijau dan putih.

Porang memiliki umbi. Pada permukaan umbi tidak ada bintil, dan umbi berserat halus serta berwarna kekuningan

Pada setiap pertemuan cabang dan ketiak daun porang, terdapat bubil/ katak. Umbi dan katak ini memiliki nilai ekonomis tinggi.

Komoditas ini mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan sehingga prospektif dijadikan sebagai bahan baku industri pangan dan obat-obatan.

Peluang ekspor dan pasar produk porang masih terbuka lebar dikaitkan dengan semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pangan fungsional. (mse)

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *